Mengenal Versi Android Terbaru Android 9 (PIE)


Android 9 (API level 28) memperkenalkan berbagai fitur dan kemampuan baru yang luar biasa bagi pengguna dan developer. Dokumen ini menyoroti hal-hal baru untuk developer. Untuk mengetahui tentang API baru, baca laporan perbedaan API atau kunjungi referensi Android API. Pastikan juga memeriksa Perubahan Perilaku Android 9 untuk mengetahui tentang area pada aplikasi Anda yang mungkin terpengaruh oleh perubahan platform. Android 9 menambahkan dukungan platform untuk protokol Wi-Fi IEEE 802.11mc—juga dikenal sebagai Wi-Fi Round-Trip-Time (RTT)—sehingga Anda bisa memanfaatkan pemosisian dalam ruangan di aplikasi Anda.

Pada perangkat yang menjalankan Android 9 dengan dukungan hardware, aplikasi Anda bisa menggunakan RTT API untuk mengukur jarak ke access points (AP) Wi-Fi berkemampuan RTT terdekat. Perangkat harus mengaktifkan layanan lokasi dan pemindaian Wi-Fi (dalam Settings > Location), dan aplikasi Anda harus memiliki izin ACCESS_FINE_LOCATION. Perangkat tidak perlu terhubung ke access point untuk menggunakan RTT. Untuk menjaga privasi, hanya ponsel yang bisa menentukan jarak ke access point; access point tidak memiliki informasi ini.

Bila perangkat Anda mengukur jarak ke 3 atau beberapa access point, Anda bisa menggunakan algoritme multilaterasi untuk memperkirakan posisi perangkat yang paling tepat berdasarkan pengukuran tersebut. Hasilnya biasanya akurat 1 hingga 2 meter. Dengan tingkat keakuratan ini, Anda bisa build pengalaman baru seperti navigasi dalam bangunan dan layanan berbasis lokasi yang bagus seperti kontrol suara yang jelas (misalnya, “Hidupkan lampu ini”), dan informasi berbasis lokasi (seperti “Adakah penawaran spesial untuk produk ini?”).

Android 9 menawarkan dukungan bagi layar tepi-ke-tepi terbaru yang berisi cutout tampilan untuk kamera dan speaker. Class DisplayCutout memungkinkan Anda mengetahui lokasi dan bentuk area nonfungsional di mana isi tidak boleh ditampilkan. Untuk menentukan keberadaan dan penempatan area cutout ini, gunakan metode get Display Cutout (). ohiya di artikel ini saya juga menambahkan grafik pendapatan dari Android dan Prediksi Pendapatan Android di tahun 2019, yuk! di download filenya di link ini : https://drive.google.com/open?id=1dPG4Qx02PnCxUctMVNL0hfg0A_eWVqdl

Analisis Lion Air

Lion air adalah salah satu maskapai penerbangan di Indonesia, berdiri pada 19 Oktober 1999 dan mulai beroperasi pada 30 Juni 2000. Sejak beroperasi terhitung ada beberapa kejadian tidak diharapkan terjadi. Mulai dari 2002 pesawat Boeing 737-200 gagal take of dan terjerembap di luar landasan pacu Bandara Sultan Syarif kasim II, Pekanbaru, dalam penerbangan menuju Jakarta, tujuh penumpang terluka. Sampai kejadian di tahun ini 2018 yaitu jatuhnya pesawat dengan nomor penerbangan JT-610 rute Jakarta-Pangkalpinang, lalu pesawat Lion Air JT 633 menabrak tiang lampu di Bandara Fatmawati, Bengkulu. Dilihat dari track recordnya, memang cukup banyak kejadian pesawat tergelincir di maskapai ini.

Jika kita menganalisis kasus JT-610 dikutip dari pendapat Pengamat Penerbangan, Ruth Hanna Simatupang di acara Indonesia Lawyers Club tanggal 30 Oktober 2018, beliau mengungkapkan beberapa faktor penyebab jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 yang terbang dari Jakarta ke Pangkalpinang. “Kesalahan yang ada di kecelakaan ini, tidak murni hanya dari satu pihak. Setiap kecelakaan tidak pernah hanya satu faktor, selalu banyak faktor. Kemungkinan besar ini pun banyak faktor, salah satunya adalah dari manajemennya. Artinya operatornya,”

Kemudian, menurut Hanna,  faktor kedua yaitu dari Departemen Perhubungan. “Tentunya dari pembina. Pembina itu siapa? Tentunya DOT, Departemen Perhubungan, karena ini pasti ada kaitannya. Dalam hal, penerbitan kebijakan dan penerbitan license, izin. Baik dari izin rute, izin penerbangan dari mulai jam-jamnya, dan kemudian alur dan sebagainya, kemudian besarnya dan banyaknya pesawat,” ujarnya.

Faktor ketiga, bagi Hanna adalah pengawasan. Menurutnya, pengawasan ada dua hal, yaitu internal dan eksternal. “Dari internal tentunya dari operatornya, kemudian eksternal itu adalah dari pembina, departemen lagi, yang memang berkaitan sekali dengan penerbitan izin terbang, penerbitan rute penerbangan, penerbitan berapa boleh dia terbang dalam satu rute itu,” ujarnya.

Dilihat dari jadwal penerbangan dan rutenya, lion air memang merupakan salah satu maskapai dengan jadwal yang padat.  Tentu dengan jadwal yang padat ini maintanance (perawatan) harus diperhatikan, karena keselamatan penumpang adalah yang harus diutamakan. Satu lagi masalah pada maskapai ini, yang sering terjadi adalah delay. Seharusnya jika memang ada masalah teknis yang mengakibatkan harus delaynya penerbangan, maskapai harus merencanakan bagaimana penanganan terhadap penumpang, karena pemasaran yang paling efektif adalah dari mulut ke mulut, jika penanganannya tidak baik, tentu citra maskapai di mata penumpang akan menjadi buruk dan ini akan berakibat buruk juga bagi maskapai.

untuk melihat analisisnya silahkan anda klik link disini : https://drive.google.com/open?id=1i8B_eUr7MeFmOalmwKzzmKdDl4l7aTfc